Kalau ada orang menyebut kita ‘kudus’, mungkin kita anggap itu sebagai pujian. Hal itu tergantung dari dua hal.
Pertama, apakah ada kata yang mengikuti kata ‘kudus’ tadi, misalnya, ‘pengendara yang kudus’, ‘lebih kudus dari kamu’ atau ‘Efan yang kudus’, dalam hal ini kata kudus tadi dianggap sebagai ejekan, atau hal yang negatif.
Kedua, tergantung dari definisi orang akan kata ‘kudus atau suci’ tadi. Kebanyakan orang mendefinisikan ‘kudus’ sebagai berpikiran sempit, kaku, menghakimi, memisahkan diri atau arti yang negatif lainnya. Dalam hal ini, kalau disebut ‘kudus’ berarti bukanlah pujian. Tetapi kalau kita disebut kudus dalam pengertian secara Alkitabiah, maka itu barulah betul-betul pujian … sehingga kita merasa tidak enak hati!
Dari semua sifat-sifat Allah, kekudusan adalah mempunyai tempat yang sangat penting! Dalam bahasa Ibrani, kalau kata itu diulang-ulang maka mempunyai arti yang sangat…, misalnya batu besar, besar dan besar itu berarti batu itu besaaaar sekali. Dalam kitab Yesaya bab 6 dan Wahyu 4 malaikat menyatakan bahwa Allah itu “kudus, kudus, kudus”. Allah tidak pernah disebut “kasih, kasih, kasih” atau “penuh rakhmat, penuh rakhmat, penuh rakhmat”. Oleh karena itu kalau kita ingin mengenal Allah dengan benar, kita mesti mengerti kekudusan Allah.
Definisi kekudusan.
Pada waktu kita berdoa, hal pertama yang kita pelajari tentang Allah adalah kebesaran-Nya dan kebaikan-Nya, dari kebesaran dan kebaikkan Tuhan mungkin dapat dirangkum jadi satu kata yaitu: kudus! Dengan demikian, ada dua pemikiran tentang kekudusan, satu tentang kebesaran-Nya. Salah satu arti kekudusan itu “dipisahkan”. Allah itu dipisahkan dari kita, Dia itu ada di tingkat yang tersendiri dengan Diri-Nya. Dia dengan semua ciptaan-Nya itu berbeda.
Kalau Alkitab bicara tentang umat yang kudus, berarti umat yang telah dipisahkan, atau umat yang dibuat berbeda dengan jamahan Allah atasnya. Yang membuat umat itu dari yang biasa-biasa saja menjadi umat yang luar biasa. Kekudusan berarti Allah sangat unik dan superior (di atas segala-galanya) dalam kebesaran-Nya.
Aspek kedua dari kekudusan Allah adalah tentang kesucian-Nya. Allah itu baik. Dia selalu mengerjakan yang benar tidak pernah mengerjakan yang salah. Allah tidak berkompromi dengan dosa. Selalu di dalam kekudusan. Dia itu Mahabesar dan Mahabaik!
SEBUAH CASE STUDY TENTANG KEKUDUSAN
Yesaya 6:1-8 Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!" Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itu pun penuhlah dengan asap. Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni." Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"
Raja Uzia itu raja yang sukses. Kita tidak tahu hubungan antara raja Uzia dan nabi Yesaya. Tetapi Yesaya mendapat visi tentang Allah yang duduk di atas takhta-Nya. Yesaya melihat kebesaran Tuhan. Raja Uzia sudah mati, Allah masih duduk di takhta-Nya. Berarti takhta Allah abadi, lebih besar dari takha-takhta lainnya. Malaikat-malaikat-Nya memuji Tuhan dengan berkata: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan!” Tuhan punya tingkat kebaikan dan kekudusan yang tersendiri. Orang-orang yang paling baik pun menjadi tidak baik di hadapan Allah! Kekudusan Allah membuat malaikat-malaikat berlindung di dalamnya.
Kebaikan Allah dan ketidak-layakkan manusia.
Yesaya menanggapi dengan melihat visi tentang Tuhan, berkata “Celaka aku! Aku binasa!” Dia merasa tidak layak bertemu Tuhan, karena kekudusan Tuhan diluar jangkauannya.
Keluaran 33:20 Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup."
Allah begitu baiknya, sehingga Dia akan membinasakan segala sesuatu yang tidak kudus dan yang berdosa.
Bila kekudusan Allah tidak terhampiri oleh ciptaan-Nya, dan tanpa kekudusan kita tidak dapat melihat Allah, maka kita sebagai ciptaan-Nya, hanya dapat mohon anugerah-Nya, agar kita dirubah oleh-Nya, dipisahkan dari dunia ini, menjadi umat yang layak, menjadi umat yang luar biasa untuk dapat bersatu dengan Dia, intim dengan Dia.
Kita mohon agar hidup kita dipulihkan secara rohani, dipisahkan dari dunia dan dikhususkan untuk Dia yang Mahakudus. Kita harus mengejar kekudusan itu, agar hidup kita berkenan kepada Allah. Tuhan Yesus ada di hati kita, Roh Kudus ada di dalam kita. Kita dengarkan perintah-Nya, kita taat melakukannya, kita pasti dipulihkan dan diberi kelimpahan dalam hidup ini.
See also http://be-silent.page4.me
Foto: Adiana & Efan Pattiserlihoen – GBI Rayon 1F
Tidak ada komentar:
Posting Komentar