Jumat, 19 Maret 2010

Peduli terhadap orang sengsara


Allah memberi kepada kita supaya kita dapat memberi kepada orang lain. Allah menghibur kita supaya kita dapat menghibur orang lain. Kehidupan Kekristenan itu tentang mengasihi, memberi, peduli dan penghiburan.

Bagaimana kita menolong orang yang sengsara? Bagaimana kita bisa saling tolong? Bagaimana pun juga harus saling mengasihi, dan saling membagi beban dalam kehidupan ini. Apa yang bisa kita lakukan?


Kita ingat Petrus di taman Getsemani, ketika serdadu Romawi itu datang mau menangkap Yesus. Apa yang dia lakukan? Dia mencabut pedang dan memarang telinga Malkus. Itu bukan caranya untuk menolong Yesus. Bukan begitu caranya.


Matius 9:35-36 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.


Pelayanan Yesus berpusat kepada monolong orang yang sengsara, yang sakit. Dan kalau Yesus melihat orang-orang itu, cepat sekali Dia melihatnya sebagai orang yang terabaikan dan tidak berdaya. Apa yang kita pikirkan pada waktu kita melihat orang-orang seperti itu? Apakah kita melihatnya hanya secara fisik saja, misalnya rambutnya yang kusut, mukanya yang kumel, atau bajunya yang rombeng? Atau kita seperti Tuhan Yesus memandangnya dengan belas kasihan? Yesus memberikan contoh yang sempurna dalam berbelas kasihan dan peduli untuk mengasihi manusia. Kita harus mengikutinya.


Lukas 10:30-32 "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.”


Banyak orang hanya melewatinya dari seberang jalan. Mereka sibuk dengan urusannya sendiri. Mereka hanya berpikir yang penting untuk mereka. Kita seharusnya menolong orang yang sengsara itu. Kita harus mempunyai hati yang berbelas kasihan. Bagaimana pun juga tindakan kita mencerminkan hati kita. Kalau hati kita peduli dan penuh belas kasihan, maka kita akan menolong orang itu.


Kita tidak dapat membeli kasih atau belas kasihan. Manusia itu saling membutuhkan, apa lagi dalam masa kesulitan. Kita perlu menjangkau orang yang sengsara, orang miskin yang mungkin makan sekali dalam 3 hari, ya karena mereka puasa terpaksa!

Lukas
10:33-37 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"


Kita semua tahu cerita tentang orang Samaria yang baik hati. Melihat orang asing yang tidak berdaya, kesakitan dan dengan berbelas kasihan dia menolongnya. Dia tidak hanya memberikan waktunya tetapi juga uangnya. Kita mungkin berkata wah itu sih berlebihan!


Bagaimana dengan kita? Orang Samaria yang baik hati tadi tidak hanya membalut lukanya tetapi memberikan juga uangnya sampai dia sembuh. Baiklah kita pikirkan, apakah kita mau menolong orang asing, bukan kenalan atau saudara kita sampai begitu jauh?


Masalah yang kita hadapi, adalah kita terlalu mementingkan diri sendiri. Kita hanya mau peduli terhadap diri kita saja. Kita tidak mau kehilangan uang kita, karena kita sendiri masih kurang! Kita banyak menghabiskan uang kita untuk diri kita saja. Kita mesti pikirkan hal itu!


2 Korintus 8:9 Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.


Tidak hanya dengan uang saja, kita menjangkau orang sengsara, tetapi perkunjungan, doa dan perhatian kita kepada mereka bisa mengibur dan menghilangkan kesengsaraan mereka.


1 Yohanes 4:7 Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.


Marilah kita belajar dari Tuhan Yesus, suka duduk di kaki-Nya dan mendengarkan Dia – seperti Maria – taat melakuka perintah-Nya. Kalau kita ada hati untuk berbelas kasihan kepada orang sengsara Tuhan pasti buka jalan untuk kasih kita tersalur kepada mereka. Seperti orang Samaria yang baik hati tadi, dia tidak memandang warna kulitnya, dia tidak memandang status sosialnya. Hanya menolong saja orang yang sengsara. Tuhan pasti pulihkan kita dan hidup kita berkelimpahan kalau hati kita peduli dan berbelas kasihan kepada orang sengsara.


Mengasihi orang lain itu datang dari Allah. Kita terlebih dahulu dijamah oleh kasih-Nya untuk dapat menjamah orang lain. Jangan kuwatir, kita akan dipenuhi rasa belas kasihan kepada orang sengsara kalau kita minta kepada Dia. Hati Bapa akan senang sekali kalau kita intim dengan Dia dan mengasihi sesama kita, Allah peduli terhadap orang sengsara.


See also http://be-silent.page4.me


Foto : Maria & Firman Schrijver – GBI Bogor

Pengikut Yesus yang sejati …




Matius 4:18-22 Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.

Kadang-kadang gereja kelihatannya tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Padahal yang diperlukan sekarang, orang ingin melihat orang Kristen sejati, yang dapat menghubungkan activitas gereja dengan kehidupan sehari-hari. Mengapa akhir-akhir ini orang tidak tertarik kepada gereja? Karena gereja dianggap tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya sekarang. Gereja harus dapat membuktikan kegunaannya dengan memanggil manusia sebagai pengikut Yesus.

Apakah kita sudah menemukan Yesus yang sejati? Ada banyak lagu yang menggambarkan bahwa Yesus itu baik, aku cinta Yesus, nama Yesus itu menara yang kuat, yang dinyanyikan di gereja. Tetapi di luar hari Minggu yang menyanyikan lagu-lagu itu bertindak jauh berbeda dengan lagu-lagu yang dinyanyikan di gereja.

Dalam Matius 4:18-22 tadi, kita lihat mereka adalah pengikut Yesus sejati, mereka pergi kemana saja yang Yesus suruh. Ketika Yesus sedang berjalan di tepi danau Galilea, Dia melihat Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Dengan segera mereka meninggalkan jalanya, dan mengikut Yesus. Dari situ, dilihat-Nya saudaranya Yakobus dan Yohanes. Mereka sedang di perahu bersama ayah mereka Zebedeus, membereskan jalanya. Yesus memanggil mereka, dan dengan segera mereka meninggalkan perahu dan ayahnya, mengikut Yesus.

Pengikut yang sejati akan menyerahkan segalanya yang diminta Yesus.

Apa yang Yesus minta dari kita? Biasanya Yesus minta kepada kita, apa yang kita pegang dalam hidup ini. Dia akan minta kita menyerahkan apa yang tidak ingin kita serahkan. Karena yang kita pegang dalam hidup kita itu yang menguasai kita!

Dalam ayat tadi, orang-orang yang dipanggil Yesus dapat saja berkata, aku lebih suka jadi nelayan yang mencari ikan. Dan mereka berkata bahwa firman Allah sudah kehilangan pengaruhnya. Mungkin dari kita berkata, aku lebih baik kerja cari duit dulu, atau aku lebih suka main golf dulu.Apakah yang Yesus minta untuk kita serahkan, telah kita lakukan?

Pertanyaannya sekarang adalah, apakah hubungan kita dengan Yesus itu intim atau tidak?


Menjadi pengikut Yesus yang sejati, perlu pengorbanan. Mungkin uang kita, mungkin waktu, mungkin hal-hal yang lainnya. Karena ada hal yang lebih nyata dari mengikut Yesus. Kita tidak akan menjadi pengikut Yesus yang sejati kalau kita tidak menyerahkan apa yang Yesus minta.

Pengikut Yesus yang sejati hanya bergantung pada-Nya.

Apakah kita sudah belajar untuk bergantung pada Yesus, dalam segala hal dalam hidup ini? Jika kita ingin mengalami hidup yang benar, kita harus belajar menyerahkan segala-galanya, dan bergantung pada Allah atas semuanya. Kita harus bermotto: Aku orang lemah ditangan Allah yang kuat! Allah tidak tertarik kepada apa yang mampu kita lakukan, Dia tertarik kalau kita percaya dan bergantung pada-Nya.

Bayangkan, murid-murid pertama-Nya, mereka bahkan tidak membawa ikan hasil tangkapannya, pada waktu mereka ikut Yesus. Percaya 100% pada Yesus, memberikan kepada mereka hidup yang seutuhnya. Percaya sepenuhnya memberikan pengharapan yang sebenarnya.

Murid-murid-Nya itu tidak hanya sekedar ingin tahu Yesus, tapi yakin akan Yesus dan berkomitmen untuk menjadi murid-Nya.

Pengikut Yesus yang sejati, harus punya komitmen. Yesus minta komitmen kita dan pengorbanan kita yang Dia minta. Kita harus bersedia menyerahkan yang Yesus minta demi panggilan kita.

Pengikut sejati pergi kemana pun Yesus pimpin.

Apakah kita bersedia pergi kemana pun yang Yesus suruh kita pergi? Kalau hal itu benar-benar terjadi, pasti ladang misi akan penuh, dan impeknya pada dunia ini. Apakah hidup kita sudah kita serahkan pada Yesus sepenuhnya? Hasil dari menyerahkan hidup kita pada Yesus, mungkin berupa pekerjaan yang berbeda, gaya hidup kita jadi beda, mungkin juga ikut serta berperan dalam masyarakat di sekitar kita, kita menyerahkan yang sangat berharga dalam hidup kita.

Yesus masih memerlukan orang yang mau ikut Dia sampai ke ujung dunia. Untuk menjadi pengikut-Nya yang sejati kita perlu mengambil keputusan untuk mendedikasikan hidup kita pada-Nya dan bergantung sepenuhnya dalam hidup ini kepada-Nya.

Yesus sudah tebus dosa-dosa kita, marilah kita komit untuk jadi pengikut-Nya yang sejati. Cari Kerajaan-Nya terlebih dahulu dan kebenarannya, pasti kita dipulihkan dan hidup dalam kelimpahan.

See also http://be-silent.page4.me

Foto: Lowrey & Prima J. Silaban – GBI Rayon 1D

Kamis, 18 Maret 2010

Kita harus lulus ujian ….



Lukas 9:18-25 Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: "Kata orang banyak, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit." Yesus bertanya kepada mereka: "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus: "Mesias dari Allah." Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun. Dan Yesus berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?”

Saat yang paling menakutkan dan menegangkan pada waktu sekolah, adalah saat menghadapi ujian. Setiap pelajar akan merasa lega kalau seandainya tidak ada ujian, sehingga mereka tidak usah menghadapi soal dan pertanyaan-pertanyaan ujian. Gurunya memotivati para pelajarnya, bahwa kalau mereka lulus dengan nilai baik maka mereka akan diterima di sekolah lanjutannya yang favorit.


Di dalam hati kita, kita juga tahu bahwa ujian atau test itu perlu agar kita dapat mengukur kemajuan kita. Dari ujian itu guru akan tahu apakah pelajarnya itu mengerti mata pelajaran yang telah diberikannya. Sebagai pelajar kita dapat melihat bahwa ujian atau test itu menunjukkan bahwa kita tahu apa yang sudah kita pelajari.


Pertanyaan Tuhan Yesus ‘Siapakah Aku ini?’ ini, Dia tidak ingin mengetahui seberapa populernya Dia, tetapi pertanyaan ini akan membawa murid-murid-Nya ketingkat yang lebih tinggi dari pada tingkatan mereka waktu itu.


Siapakah Yesus itu?


Mereka menjawab: ‘Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.’ Mereka tahu bahwa Yesus menyuarakan suara Allah, Yesus itu unik dan sangat spesial. Pertanyaan Yesus selanjutnya: ‘Menurut kamu, siapakah Aku ini?’ Pertanyaan ini memiliki nilai 90, sedang pertanyaan sebelumnya nilainya cuma 10. Siapakah Dia menurut murid-murid-Nya, apakah Dia hanya guru yang berhikmat, atau pemimpin rohani saja ataukah Dia Anak Allah, Juruselamat yang akan memberikan nyawa-Nya untuk menebus dosa mereka?


Petrus yang mengacungkan tangannya dan menjawab: ‘Engkaulah Mesias, Anak Allah.’ Petrus menjawab dengan benar bahwa Yesus adalah Mesias, yang telah dinubuatkan dalam Kitab Perjanjian Lama. Yesus adalah yang telah dinanti-nantikan oleh bangsa Israel. Petrus menjawab dengan benar, tetapi dia sendiri tidak tahu apa arti dari jawabannya itu.


Petrus seperti orang Yahudi yang lain, berpikir bahwa Mesias itu yang akan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan bangsa Romawi. Mesias itu yang akan menjadi raja dunia yang akan memulihkan kesejahteraan dan kekuatan bangsa Israel. Murid-murid-Nya mesti belajar, kenapa Yesus datang dan berkata kepada mereka ‘pergilah beritakan Injil ke seluruh muka bumi.’


Apakah artinya menjadi pengikut Yesus?


Setelah mengadakan test atau ujian guru itu ingin melihat muridnya melajutkan studinya ke level yang lebih tinggi. Murid-murid-Nya tahu bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, mereka perlu tahu selanjutnya apa dan bagaimanakah naluri yang sebenarnya dari Mesias itu. "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga."


Yesus dengan segera mulai dengan pelajaran barunya kepada murid-murid-Nya. Yesus mengatakan bahwa Dia datang bukan untuk dinobatkan jadi raja dunia ini tetapi untuk mati di kayu salib. Dia tidak datang untuk mendirikan kerajaan duniawi tapi Kerajaan rohani. Yesus menunjukkan apa yang sesungguhnya akan terjadi.

1. Dia akan mengalami penderitaan

2. Dia akan ditolak oleh tua-tua dan imam-imam kepala

3. Dia akan dibunuh

4. Dia akan dibangkitkan pada hari yang ketiga


Ini adalah suatu ajaran yang ahli-ahli teologia bangsa Yahudi juga tidak mengerti! Yesaya sudah menulis tentang Hamba yang menderita tetapi mereka tidak dapat menghubungkannya dengan Mesias. Yesus menunjukkan kepada murid-murid-Nya gambaran secara garis besar.


Apa harga yang harus dibayar menjadi pengikut-Nya?


Kita harus mengerti peran Mesias, karena itu akan merubah kita bagaimana cara kita mengikut Dia. Murid-murid-Nya waktu itu mungkin berpikir, mereka akan memperoleh kedudukan yang terhormat kalau Mesias telah menang. Itulah sebabnya Yesus mengatakan kepada murid-murid, bahwa Mesias akan menderita aniaya sehingga hal itu berarti tidak gampang menjadi pengikut-Nya. Kata-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?”


Itulah syarat menjadi pengikut atau menjadi murid-Nya. Yesus

menunjukkan ‘job description’ dari para pengikut-Nya. Itulah harga yang harus kita bayar untuk menjadi pengikut-Nya. Apa yang kita punya harus diinvestasikan pada hal-hal rohani yang bertentangan dengan dunia ini. Ini semua kalau kita ingin hidup rohani kita dipulihkan dan hidup berkelimpahan. Kita harus menyalibkan keinginan kita, nafsu kita. Kita harus mengejar sesuatu yang lebih baik, dari pada memuaskan keinginan diri kita sendiri. Kita harus bersedia memikul salib, dengan meninggalkan segala-galanya untuk melayani dan memuliakan Tuhan!


See also http://be-silent.page4.me


Foto: Jessy & Ronny Surya – GBI Rayon 1D